Kamis, 09 Juni 2011

Bermain maksimal

Miroslav Janu girang bukan kepalang. Pelatih Arema Indonesia ini senang anak asuhnya sukses meraih poin penuh dalam laga melawan Persijap Jepara di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara, Rabu (06/06). Terlebih lagi, para penggawa muda yang diturunkannya dalam laga ini menunjukkan penampilan apik.
Puji skuad muda. Miroslav Janu di sesi konferensi pers usai laga Persijap kontra Arema. (Foto: Ongisnade/Adi Kusumajaya)
Puji skuad muda. Miroslav Janu di sesi konferensi pers usai laga Persijap kontra Arema. (Foto: Ongisnade/Adi Kusumajaya)
“Kami ke sini dengan target meraih poin penuh. Seri atau kalah membuat kami akan gagal meraih posisi runner-up di klasemen sementara. Untungnya, di laga ini kami bisa menang. Semua ini berkat kerja keras tim,” ujar pelatih yang memegang paspor Republik Ceska tersebut.
Dalam laga ini, penampilan para penggawa muda memang layak diacungi jempol. Yongki Aribowo dan Sunarto, dua dari pemain muda Arema, mampumenunjukkan permainan apik mereka dan mencetak gol. Selain itu, young guns Arema juga mampu mempertahankan permainan apik mereka, meski menurut Miro wasit kerap merugikan mereka.
“Kami bermain baik terutama karena kami seperti bermain melawan 14 orang. Susah memotivasi pemain apabila wasit seperti ini,”

Rabu, 01 Juni 2011

Dukung Perdamaian Aremania Dan Bonekmania

Melalui perwakilan salah satu Bonekmania di Media ini, ia atas nama Bonekmania siap berdamai dengan Aremania, berikut kutipannya :
“Salam Satu Jatim Untuk Aremania”
Salam Satu Jatim tuk aremania, saya BonekMania, satu hal yang ingin saya katakan pada kalian, bahwa kami bonekmania tidaklah ingin bermusuhan dengan kalian! disini kami berusaha meluruskan persepsi para kawan kami kepada kalian selaku aremania! kami ingin tidak ada gap antara bonekmania & aremania, yang kami ingin kita bisa bersatu membangun persepakbolaan jatim menjadi lebih baik & mempersatukan para supporter lain di jawa timur, sehingga tidak ada lagi rasa kekawatiran yang timbul akibat permusuhan ini! perlu anda ketahui, membuat bonek agar tidak menjadi rasis tidaklah semudah membalikan telapak tangan! tetapi kami tetap berusaha agar kelak anak cucu kami bisa menikmati persahabatan antara warga jatim, cukup kami saja yg merasakan itu! tentu kalian pun menginginkan semua itu terwujud kan! para aremania bisa datang ke surabaya menggunakan atribut kesayangan tanpa ada rasa khawatir akan keselamatannya, begitu pun bonek.
disini kami bukan ingin mengejek suatu pihak, tetapi marilah kita bangun dari tidur kita yang panjang selama ini! rumput berwarna hijau langit berwarna biru, keduanya begitu selaras & menghasilkan harmoni alam yang menakjubkan, kita pun harus seperti itu! Jadi marilah kita bersama-sama menyatukan kembali pondasi yang selama ini hancur akibat ulah oknum2 tak bertanggunng jawab, yang lalu sudahlah berlalu mari kita bersama-sama menyongsong hari depan dgn lebih baik!
BRAVO JAWA TIMUR!
*Sebuah Komentar yang di kirim dari Yoga(Bonekmania) pada Kolom Komentar di postingan :Yayasan Supporter Surabaya(YSS)
Tanggapan Aremania :
“Untukmu Bonekmania”
Telah lama hubungan antara kita rapuh, sejatinya kita adalah satu rumpun satu budaya Indonesia, tapi mengapa kondisi membuat kita terlarut dalam kebodohan dan kepicikan pola pikir fanatisme, tapi biarlah masa lalu itu terpendam dalam jurang yang paling dalam, kami Aremania pun sangat ingin berdamai dengan kalian, begitu indahnya persahabatan! anda Arek kami juga Arek, anda Jancok kami juga Jancok sebuah ungkapan kekesalan atas penindasan dan ketidak adilan yang di alami setiap individu maupun kelompok.
Saat ini kebencian antara kita memang sama-sama membekas dalam naluri, kami sadar bahwa tidak semua Bonekmania buruk seperti yang banyak di tuduhkan kepada kalian, dan kami juga mengakui tidak semua Aremania berbudi pekerti yang baik, benar memang apa yang Cak Yoga sampaikan, mewujudkan perdamaian tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi apa yang tidak mungkin terjadi di dunia ini jika kita sama-sama berniat untuk kebaikan bersama.
Usaha untuk memperbaiki citra Bonek terus di upayakan tapi pasti ada pihak-pihak yang semestinya perlu di beri pengarahan yang benar, begitu pula Aremania kami pernah berbuat anarki, rasis dan berbagai pelanggaran-pelanggaran lainnya, sangat naif jika saya mengatakan Aremania adalah supporter terbaik, karena baik tidaknya kami adalah masyarakat yang menilai, bukan dari tiap-tiap individu yang dengan mudahnya mengatakan Aremania adalah yang terbaik, saya rasa kita sama, apa yang kita dapat dari keluarga dan masyarakat hanya satu tujuan, bagaimana menjadi orang yang baik.
Tapi berbuat baik tidak mudah, sekali lagi lingkungan yang selalu mengajak kita ke arah yang salah meskipun nyatanya itu adalah kesalahan, tapi mengapa kesalahan yang tidak baik terus terulang? semua berawal dari fanatisme kebersamaan untuk melawan jika ada yang melawan.
Kami tidak ingin melawan Bonekmania, begitu juga kalian bukan?pasti terbesit dalam hati kita yang paling dalam, bahwa permusuhan adalah perbuatan yang paling di Gemari Setan.
Bonekmania, kalian adalah sahabat kami, dan kami adalah sahabat kalian, kita sama-sama lahir dari kekosongan dan kita tumbuh karena ada pengisian, jika pengisian itu baik maka akan baik pula kita. Salam Satu Jatim Aremania dan Bonekmania adalah dua kekuatan besar Jawa timur, budaya nenek moyang kita mewariskan jiwa patriotisme dan kebersamaan.
Untuk Bonekmania yang masih Kolot, jangan sekalipun kalian mengatakan benci kepada Aremania, karena sejatinya kalian bukan Supporter, begitu juga dengan Aremania ingat!Tidak semua Bonekmania rusuh, kita bersama akan lebih baik.
*Tyo
Tanggapan kedua dari Aremania
“Putra bangsa itu bernama “Aremania”
Saya selaku bagian dari keluarga besar Aremania dan Aremanita, dari lubuk hati yang terdalam mohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia dan insan sepakbola pada khususnya atas segala tindak-tanduk kami, baik itu berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang selama ini dianggap kurang berkenan di hati. Kami hanyalah sekumpulan manusia yang tak luput dari salah dan khilaf.
-
Tak ada gading yang tak retak. Sebagai generasi muda penerus bangsa, kami harus belajar dan terus belajar untuk berbenah dan berprestasi yang lebih baik. Kami sungguh sadar bahwa kami masih jauh dari sempurna. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah S.W.T.
-
Oleh sebab itu, kami sangat berterima kasih atas segala dukungan dan peran serta Anda semua yang tak henti mengalir melalui kritik, ide dan saran yang
membangun demi proses kemajuan Aremania dan Aremanita sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sejarah perjalanan panjang persepakbolaan nasional. Sehingga kami mampu untuk terus mengharumkan nama baik suporter bola Indonesia ke tingkat internasional.
-
Besar harapan kami dapat bergandengan tangan dan bahu-membahu bersama seluruh komponen anak bangsa memberikan kontribusi terbaiknya untuk Indonesia. Membangun negeri tercinta ini untuk keluar dari keterpurukan dan membawanya mampu terbang tinggi bak garuda dan mengaum lantang layaknya singa.
-
“Loyalitas Tanpa Batas”. Itulah semboyan dan sumpah kami yang akan selalu terpatri tak kan lekang oleh waktu untuk Arema dan Indonesia.
-
Seiring doa perdamaian dari Aremania dan Aremanita ‘tuk seluruh suporter bola sejagad raya tak terkecuali, “Bangkit dan Jayalah selalu Indonesia-ku”.
-
Salam Satu Jiwa Arema Indonesia.
-
-
* Ditulis demi perdamaian dan kemajuan sepakbola nasional sekaligus menanggapi tulisan dari kawan bonekmania.

MELIHAT SEJARAH BONEKMANIA DAN AREMANIA

Supporter – Dalam beberapa dekade terakhir, sudah menjadi keputusan yang lumrah dikeluarkan petugas keamanan dalam hal ini polisi untuk memblokade gelombang suporter sepakbola saat terjadi pertandingan super big match di Indonesia, khususnya suporter tim tamu.
Alasannya, untuk menjaga ketertiban, kelancaran dan keamanan pertandingan atau kota. Misalnya saja pertandingan Arema Vs Persebaya, Persebaya Vs Persela, Persija Vs Persib Bandung serta beberapa pertandingan penuh gengsi lainnya yang berlatar belakang kurang mengenakan bagi suporter kedua tim.
Sudah jelas, pada partai-partai tersebut, suporter tim tamu akan mendapat himbauan keras agar tidak hadir di kota tim tuan rumah, apalagi sampai di stadion. Kalau tidak, jelas akan rawan aksi brutal atau anarkis yang sulit dikendalikan pihak keamanan. Apalagi, budaya dan tingkat kedewasaan suporter Indonesia terbilang masih sangat rendah dalam menerima hasil pertandingan yang berakhir pahit.
Tapi saya heran, pada beberapa pertandingan-pertandingan big match lainnya yang juga mempertemukan dua tim kuat, dengan dukungan suporter kedua tim yang juga terkenal fanatik, masih ada yang bisa happy ending alias lancar, tertib, damai bahkan jauh dari kesan anarkis.
Misalnya saja pertandingan Arema melawan Persela Lamongan, Arema melawan Persija dan Persebaya melawan Persik Kediri. Meski berlangsung keras, toh pertandingan tersebut bisa berjalan lancar tanpa ada kendala yang berarti. Bahkan, suporter kedua tim juga tampak damai, saling berangkulan di dalam stadion dalam mendukung tim kesayangannya.
Nah, hanya suporter yang memiliki tingkat kedewasaan tinggi saja yang ingin merubah budaya benci menjadi kedamaian. Dan saya lihat, sebenarnya semua suporter memiliki potensi itu. Potensi merubah budaya kebencian menjadi perdamaian.
Sebab sampai saat ini, pendukung Persebaya alias Bonek yang terkenal keras, bersama pendukung Persib alias Viking, Persekabpas alias Sakeramania dan Persikmania (pendukung Persik Kediri), masih tetap harmonis dan terjaga. Begitu juga Aremania bersama The Jak, LA Mania.
Memang, awal kebencian beberapa suporter dipicu akibat sejarah kelam kedua tim saat bertanding away sehingga berkesinambungan di laga-laga selanjutnya. Perlakuan yang kurang memiliki kesan damai, baik kepada tim maupun suporter, menjadi faktor aksi balas dendam.
Tapi kalau boleh jujur, saya juga sependapat dalam tulisan tentang “Ini Resep Mendamaikan Suporter Jatim” oleh Oryza A. Wirawan pada tanggal 4 Januari lalu bahwa tidak ada manfaat lebih bagi daerah masing-masing dari perseteruan suporter jika kebanggaan itu berakhir dengan sifat yang destruktif.
Malahan, dalam hal ini klub sudah pasti akan merasa dirugikan akibat sanksi. Akibatnya, klub akan mengeluarkan anggaran lebih untuk membayar denda. Belum lagi, klub juga akan dikenai denda larangan main di kandang sendiri di laga selanjutnya atau bermain tanpa penonton. Tentunya, selain mengeluarkan biaya lebih, klub juga terancam tidak akan mendapat pemasukan dari hasil penjualan tiket penonton.
Nah, berkaca dari itu semua. Saya yakin, dari dalam hati semua suporter Indonesia yang paling dalam, juga memiliki cita-cita perdamaian, menghentikan perselisihan dengan melupakan sejarah kelam.
Dan untuk membuka lembaran baru sejarah perjalanan suporter Indonesia itu, momen yang paling tepat adalah pada laga super big match antara Persebaya melawan Arema Malang pada Sabtu (16/1/2010) lusa di Stadion Gelora 10 November.
Perdamaian kedua suporter yang terkenal tak akur selama ini, pantas menjadi tonggak kebangkitan suporter Indonesia. Bahkan, cukup layak menjadi catatan tinta emas sejarah sepakbola Indonesia. Dan dari kebangkitan ini, Insya Allah kedatangan suporter untuk mendampingi tim kesayangannya ke daerah lain, kedepan tidak akan diharamkan lagi.
Memang, mengkoordinir puluhan ribu massa tidak bisa seperti membalik telapak tangan. Apalagi di tingkat elemen terbawah yang memang sulit dikendalikan. Dan kali ini, saya ingin mengambil contoh dari apa yang sudah dilakukan beberapa suporter yang hingga kini masih bersahabat dan harmonis tanpa mengurangi kaidah-kaidah dalam tulisan “Ini Resep Mendamaikan Suporter Jatim”.
Ya, pada dasarnya. Bentuk silaturahmi dan perjamuan antar suporter menurut saya bisa melebur kebencian menjadi persaudaraan. Kita ambil contoh saja, ketika Bonek ke Bandung, mereka juga mendapat sambutan luar biasa dari suporter Bandung alias Viking, meski lawan yang dihadapi bukan tim kebanggaannya. Mulai lokasi menginap dan konsumsi juga disediakan selama mereka di Bandung. Dan itu juga terjadi sebaliknya saat Viking berada di Surabaya.
Nah, kalau bisa meniru hal itu, tidak mustahil pada laga Persebaya melawan Arema, Aremania bisa hadir di Gelora 10 November ataupun sebaliknya Bonek di Kanjuruhan.
Teknisnya pada langkah awal, kuota suporter yang hadir juga tidak boleh lebih dari 100 orang, mengingat kapasitas stadion dengan fanatisme penonton. Lalu, budaya menyambut kedatangan suporter yang telah terkoordinir hingga penjamuan di markas suporter tim tuan rumah bisa menjadi tradisi baru demi rasa persaudaraan.
Selain itu, hal ini juga bisa memberi kesan segan bagi suporter tamu jika mereka hendak berbuat ulah. Bahkan, ini juga melatih suporter mana pun agar selalu terkoordinir.
Kalaupun ada suporter yang tidak terkoordinir datang, sesuai kesepakatan, tidak akan ada jaminan keamanan bagi suporter yang dianggap liar. Bahkan, soal hal ini petugas keamanan bisa memulangkan jika terbukti bukan diantara 100 orang suporter seperti dalam kuota.
Nah, saya menyarankan, Bonek yang dulu terkenal dengan Bondo Nekat kini berganti Bondo dan Nekat, pantas disebut sebagai pelopor misi perdamaian ini jika bisa memberikan sambutan kepada Aremania yang ingin datang ke Surabaya dalam laga super big match nanti.
Tidak ada salahnya Bonek mengubur sejarah kelam demi meraih simpati saat akan datang ke Malang nanti pada laga away Persebaya. Mulai penyambutan sejak perbatasan masuk Kota Surabaya, penjamuan di markas Bonek hingga keberangkatan secara bersama-sama ke stadion akan menjadi pertunjukkan yang layak mendapat acungan empat jempol.
Di dalam stadion, selain hijau, juga ada biru. Nyanyian suporter pun saling sahut menyahut, tanpa ada unsur provokatif. Dan ini tentu saja tidak untuk Bonek saja, tapi saat Persebaya tandang ke Malang, Aremania juga wajib melakukan hal serupa. Istilahnya, bertamu harus ijin tuan rumah. Sebaliknya, sebagai tuan rumah, layak memberikan jamuan yang sepantasnya. Apalagi, dari segi geografis, Bonek dan Aremania adalah sama-sama suporter Jatim.
FIFA selalu mengkampanyekan sikap respect alias menghargai dalam setiap even dan pertandingan. Jadi, tidak ada salahnya kita juga bisa menghargai satu sama lain, khususnya sesama suporter.
Saya bukan Bonek dan saya juga bukan Aremania, tapi saya ingin melihat dua suporter paling fanatik di Indonesia ini bisa berdamai, duduk bersama dan menghijau-birukan stadion. Begitu juga dengan suporter lain, Aremania dan Sakeramania bersatu, Aremania dan Persikmania bersatu, Aremania dan Viking bersatu, Bonek dan LA mania bersatu, Bonek dan The Jak bersatu serta Viking dan The Jak bersatu.
Bahkan saya yakin, perdamaian Bonek dan Aremania dalam arti sesungguhnya, akan menjadi panutan suporter lain yang butuh banyak belajar dari Bonek dan Aremania. Damailah suporter Indonesia!.

Kamis, 26 Mei 2011

Lirik lagu D’Masiv - Dilema


Aku Masih Termenung
Di Tengah Kesepian
Berharap Sesuatu
Yang Tak Pasti

Engkau Sangat Menjeratku
Sungguh Ku Hanya Inginkan
Hatimu Yang Telah Termiliki

Iblis Di Dalam Dada Ini
Terus Mengusik Keyakinanku
Ku Bertanya Apakah Aku Bisa
Memiliki Hatinya

Aku Merasa Tenang
Saatku Mencoba Untuk
Selalu Membayangkan Wajahmu

Iblis Di Dalam Dada Ini
Terus Mengusik Keyakinanku
Ku Bertanya Apakah Aku Bisa
Memiliki Hatinya


DOWNLOAD LAGU D`MASIV DILEMA
Aku Masih Termenung
Di Tengah Kesepian
Berharap Sesuatu
Yang Tak Pasti

Engkau Sangat Menjeratku
Sungguh Ku Hanya Inginkan
Hatimu Yang Telah Termiliki

Iblis Di Dalam Dada Ini
Terus Mengusik Keyakinanku
Ku Bertanya Apakah Aku Bisa
Memiliki Hatinya

Aku Merasa Tenang
Saatku Mencoba Untuk
Selalu Membayangkan Wajahmu

Iblis Di Dalam Dada Ini
Terus Mengusik Keyakinanku
Ku Bertanya Apakah Aku Bisa
Memiliki Hatiny

Disini Gue belajar

Kata orang yang namanya belajar ya di bangku sekolah atau di universitas. Pepatah Cina mengatakan “ Tuntutlah ilmu sampe ke negri Cina” Gw mengartikan pepatah ini bahwa kita bisa belajar kok di mana aja, kapan aja dan dengan berbagai cara gak hanya harus duduk di bangku dalam sebuah pendidikan formil. Kenyataannya Gw bisa belajar banyak bersama teman-teman Jak Mania. Selama menjadi anggota The Jak banyak banget pelajaran yang Gw dapatkan dan itu sangat berguna banget baik langsung maupun gak langsung buat kehidupan gw.

No Money No Cry
Kalo kata Bob Marley “No woman no cry” tapi di The Jak Gw bisa belajar “No Money No Cry “. Buat sebagian orang emang duit seperti Tuhan, tapi disini Gw bisa membuktikan kalo ga ada uang gw bisa hidup kok, bisa ketawa bersama temen-temen. Contohnya ketika tour keluar kota dukung Persija, kita masih bisa ketawa bareng, nyanyi bareng walaupun duit yang kita bawa mungkin pas-pasan banget, setidaknya bisa lah buat beli sebungkus nasi pake tempe dan sayur walau Cuma 2 x sehari. Seneng rasanya bisa ngeliat temen-temen masih bisa tersenyum saat tour ke luar kota dengan duit pas-pasan dan kadang hasil pertandingan ga memuaskan.

Ikhlas
Pelajaran kedua tentang ikhlas. Menurut Gw, sabar itu gampang, tapi yang namanya ikhlas susah banget. Disini Gw belajar untuk ikhlas dalam menerima sesuatu yang gak sesuai dengan harapan kita. Contohnya ketika tahun 2005, dua kali Persija masuk Final lawan Persipura di Liga dan Arema di Copa, tetapi hasilnya emang ga sesuai dengan apa yang semua kita harapkan. Disitulah kita belajar untuk ikhlas dalam menerima kenyataan yang pahit

Setia
Jaman sekarang kesetiaan gampang banget dibeli. Cw bisa selingkuh karena punya gebetan yang lebih tajir atau ganteng, anggota DPR ga setia sama rakyatnya jadinya korupsi tapi The Jak mengajarkan Gw untuk setia. Haus trophy yang dialami Persija sejak tahun 2001 tidak membuat temen-temen The Jak berpaling ke klub lain (ya kalo ada yg berpaling berarti kesetiaannya diragukan ). Kita tetap setiap mendukung Persija dengan hasil apapun dan di mana pun selama itu mungkin. Kadang Gw melihat temen-temen ninggalin pekerjaan sampe di SP 3, ninggalin keluarga , bolos ujian hanya untuk sebuah kesetiaan. Contohnya The Jak Kemayoran yang menurut Gw selalu konsisten dari dulu untuk mendukung Persija di mana pun

We Are Different But One
Buat Gw The Jak itu nano-nano, karena mempunyai latarbelakang budaya, ekonomi dan social, suku dan ras yang berbeda-beda. Tapi di sini Gw bisa belajar untuk bisa menerima perbedaan dan belajar untuk memahami karakter seseorang dengan latar belakang yang berbeda dari Gw. Menerima perbedaan itu susah kawan, tapi Gw juga bingung kenapa dengan mudahnya kita bisa menerima semua perbedaan ini ketiak kita mendukung Persija. Ga peduli dia kaya atau miskin, punya pekerjaan atau ga, orang baik atau ga, Betawi atau pendatang, semuanya sama menamakan dirinya “ We Are Jak Mania”.
Namun untuk pelajaran yang satu ini menurut Gw sekarang kita sedang mengalami “DEGRADASI” karena terkadang temen-temen lupa, sehingga terlalu membanggakan kelompoknya sendiri jadinya kadang-kadang jeruk makan jeruk.
Padahal kalo temen-temen bisa memahami tulisan baju di kaos anggota The Jak Mania “ Satu Jakarta Satu” itu artinya kita itu satu yaitu JAKMANIA.
Seandainya semua temen-temen bisa berpikir seperti analogi berikut ini pasti indah. Si Otong dari Korwil Jeruk Nipis (kecil tapi kecutnya mantab), Si Mamat dari Korwil Jeruk limau, Si Udin dari Korwil Jeruk Sunkis, Si Munaroh dari Korwil Jeruk Pomtianak. Jeruk-jeruk itu kalo di satuin dalam blender pasti enak banget dan bermanfaat buat kesehatan dan gak ada lagi yang namanya Jeruk Makan Jeruk, yang ada jus Jeruk yang enak dan bermanfaat. Berbeda itu harus, tapi wajib tetap menghargai

Leader for Yourself
Menjadi pemimpin itu gak harus mempunyai bawahan. Menjadi pemimpin itu diawali gimana cara kita memimpin diri kita. Di sini Gw belajar untuk menjadi pemimpin bagi diri Gw. Dalam situasi tertentu kita harus bisa mempimpiin diri pikiran dan tindakan kita. Contohnya ketika Gw harus mengontrol pengeluaran keuangan, gimana caranya dengan bisa mengesampingkan ego untuk beli ini itu biar uangnya bisa beli tiket buat nonton Persija. Lalu ketika ada seseorang digebukin karena “katanya” si tetangga sebelah padahal belum tentu bener yang digebukin tetangga sebelah.
Ketika kita menunjuk orang lain dengan sebuah jari telunjuk kea rah mukanya, seharusnya kita harus ingat bahwa ada 3 jari lagi (kelingking, jaris manis, dan jari tengah) yang menunjuk ke arah kita. Artinya lihat lah dirimu sebelum menunjuk orang lain . Dengan kata lain jadilah pemimpin bagi dirimu sebelum menjadi pemimpin untuk orang lain

Speak !!!!
Pernah ga sih ngeliat orang pinter atau serem banget tapi ngomong di depan orang banyak aja ga berani atau ngomong Tapi gemetaran ? Di sini Gw belajar untuk menjadi seseorang yang berani ngomong di depan orang banyak. Arti berani menurut Gw bukan hanya rebut paling depan atau berani menantang lawan. Tapi salah satu arti berani yaitu “ Bicara di depan orang banyak untuk kebaikan bersama”.
Gw seneng ngeliat temen-temen berani untuk ngomong di depan orang banyak, misalnya pada saat kumpul dan rapat sub korwil. Karena Gw yakin temen-temen semua bisa jadi orang besar ketika temen-temen berani ngomong di depan orang banyak. Hal ini lah yang Gw lakuin ketika ada kumpul The Jak Barrabravas Manggarai, semua sub korwil atau perwakilan anggota harus berani dan belajar ngomong di depan orang banyak. Contohnya Ewin Gondrong, pada saat awal-awal datang rapat kalo ngomong gemetaran dan gak berani natap mata tapi sekarang udah beda, dia berani ngonmong di depan orang banyak ‘khususnya di depan cw”

Tanggung Jawab
Punya jabatan dalam suatu organisasi bukan sebuah keberhasilan mutlak . Keberhasilan itu diraih kalo kita bisa melakukan tanggung jawab kita baik sebagai seorang anggota maupun pengurus. Disini Gw bisa belajar menjadi seorang yang bertanggung jawab dan Gw rasa teman-teman juga merasakan hal itu.. Misalnya gimana cara kita bertanggung jawab dalam mengelola uang kas, mengelola uang tiket, uang bis yang jumlahnya gak sedikit.
Seorang manajer di sebuah perusahaan mungkin hanya mempunyai karyawan sebanyak 50 orang. Tapi seorang korwil bisa mempunyai anggota lebih dari itu bahkan ratusan. Makanya kita harus seneng dan bangga ketika bisa belajar bertanggung jawab dalam mendukung Persija. Bukannya malah ngeluh “ ah repot ngapain sih ada laporan keuangan tiap nonton Persija, kita kan supporter bukan panpel”

Tulisan Gw di atas bukannya sesi curhat, tapi sebagai bentuk motivasi buat temen-temen bahwa sebenarnya kita mendukung Persija sambil Belajar. Bukan berarti belajar di pendidikan formil itu gak perlu, itu tetap perlu. Kita harus buktiiin bahwa mendukung Persija bersama The Jak Mania itu bukan hanya ribut atau ngejarah (seperti yang diberitakan di berbagai media), tetapi juga banyak sisi positifnya salah satunya yaitu BELAJAR. 

Perombakan 40% skuad Persija Hanya isu

JakOnline-Kabar seputar akan adanya perombakan squad di team Persija Jakarta sebesar 40% dari kekuatan Persija saat ini yang telah beredar di beberapa media telah dibantah langsung oleh Manajemen Persija Jakarta melalui sekretaris team Persija Jakarta, Bung Ferry Indrasjarief yang telah mengkonfirmasikan hal ini kepada Jak Online, Rabu, 25/5, “Berita Mengenai Perombakan Tim Persija itu Tidak Benar” Demikian bunyi pesan singkatnya pada Jak Online, awalnya memang menyeruak kabar yang menyatakan Asisten Manajer Persija Benny Erwin yang akan melakukan perombakan squad Persija sebanyak 40% dari kekuatan Persija saat ini untuk mendukung performa Macan Kemayoran agar lebih garang dengan menambahkan Persija akan mengeliminasi 30% sampai 40% kekuatannya yang membuat 9–12 pemain kemungkinan tak akan mendapatkan perpanjangan kontraknya, belakangan Benny Erwin Juga membantah telah memberikan informasi ini.

Foto By : Dipo Haryono - JO

Kabar seputar perombakan team Persija ini selain diragukan kebenarannya juga dikhawatirkan mengganggu konsentrasi pemain Persija Jakarta jelang melakukan tour awaynya ke stadion Jakabaring untuk menghadapi tuan rumah Sriwijaya FC di Palembang nanti pada hari Minggu, 29 Mei 2011, namun sejauh ini berita perombakan ini tidak ada indikasi hingga merusak konsentrasi team Persija Jakarta yang masih terus mengejar ketertinggalannya dari pemimpin klasemen sementara musim ini, Persipura Jayapura, di 6 partai sisa musim ini yang kemungkinan besar kesemuanya akan digelar di luar Jakarta, karena praktis setelah dari Palembang, Persija Jakarta akan langsung ke Solo, Lamongan, Sidoarjo dan kemungkinan akan kembali lagi ke Solo di partai terakhirnya saat menjamu PSPS Pekanbaru, menyusul surat edaran dari pihak Polda Metro Jaya yang hanya mengijinkan Persija bertanding tanpa penonton jika ingin menggelar pertandingan di Stadion GBK Senayan Jakarta, Persija Jakarta sendiri berdasarkan informasi yang diterima Jak Online akan bertolak ke Palembang hari Jumat Pagi, 27/5 menggunakan pesawat udara dengan jadwal take off pukul 07.45 WIB.(JO)  

Kamis, 19 Mei 2011

The Jakmania

The Jakmania adalah kelompok pendukung / supporter kesebelasan sepak bola Persija Jakarta yang berdiri sejak Ligina IV, tepatnya 19 Desember 1997. Markas dan sekretariat The Jakmania berada di Stadion Lebak Bulus. Setiap Selasa dan Jumat merupakan rutinitas The Jakmania baik itu pengurus maupun anggota untuk melakukan kegiatan berkumpul bersama membahas perkembangan The Jakmania serta laporan-laporan dari setiap bidang kepengurusan. Tidak lupa juga melakukan pendaftaran bagi anggota baru dalam rutinitas tersebut.

Daftar isi


Sejarah

The Jakmania saat sedang mendukung Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno
Ide terbentuknya The Jakmania muncul dari Diza Rasyid Ali, manager Persija saat itu. Ide ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Sebagai pembina Persija, memang Sutiyoso sangat menyukai sepak bola. Ia ingin sekali membangkitkan kembali persepak bolaan Jakarta yang telah lama hilang baik itu tim maupun pendukung.
Pada awalnya, anggota The Jakmania hanya sekitar 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat, yaitu Gugun Gondrong yang merupakan sosok paling ideal di saat itu. Meski dari kalangan selebritis, Gugun tidak ingin diberlakukan berlebihan. Ia ingin merasa sama dengan yang lain.
Pengurus The Jakmania waktu itu akhirnya membuat lambang sebuah tangan dengan jari berbentuk huruf J. Ide ini berasal dari Edi Supatmo, yang waktu itu menjadi Humas Persija. Hingga sekarang, lambang itu masih dipertahankan dan selalu diperagakan sebagai simbol jati diri Jakmania.
Seiring dengan habisnya masa pengurusan, Gugun digantikan Ir. T. Ferry Indrasjarief yang lebih akrab disapa Bung Ferry. Masa tugas Bung Ferry adalah periode 1999-2001 dan kembali dipercaya untuk memimpin The Jakmania periode 2001-2003, 2003-2005.
Bung Ferry memimpin The Jakmania hingga 3 periode. Di bawah kepemimpinan Bung Ferry yang juga pernah menjadi anggota suporter Commandos Pelita Jaya, The Jakmania terus menggeliat. Organisasi The Jakmania ditata dengan matang. Maklum, Bung Ferry memang dibesarkan oleh kegiatan organisasi. Awalnya, sangat sulit mengajak warga Jakarta untuk mau bergabung.
Beruntung, pengurus menemukan momentum jitu. Saat tim nasional Indonesia berlaga jelang Piala Asia, mereka menyebarkan formulir di luar stadion. Dengan makin banyaknya anggota yang mendaftar sekitar 7.200 anggota, dibentuklah Kordinator Wilayah.
Dan sampai pendaftaran terakhir saat ini terdapat lebih dari 70.000 anggota dari 50 Korwil. Setelah diadakan Pemilihan Umum Raya 2005, untuk memilih Ketua Umum yang baru, akhirnya terpilihlah Ketua Umum Baru periode 2005-2007 yaitu Hanandiyo Ismayani atau yang bisa dipanggil dengan Bung Danang.
Selain itu beberapa pekan terakhir kelompok supporter ini sering terlibat beberapa tawuran antar anggotanya, hingga memeunculkan beberapa tanda tanya dengan sepak terjang jakmania.

Prestasi

  • 2003 - Supporter favorit dalam Sepak Bola Award - ANTV
  • 2008 - Supporter Terbaik dalam Liga Indonesia

 Jak Online

Suasana saat The Jakmania mendukung Persija Jakarta di Stadion Lebak Bulus. Tampak terlihat mereka membentangkan spanduk situs online mereka.
Dengan latar belakang pentingnya kebutuhan akan informasi serta dilain sisi untuk mengenalkan lebih jauh mengenai The Jakmania sebagai salah satu suporter modern yang ada di Indonesia, maka berkumpullah beberapa anggota The Jakmania yang suka chatting, berdiskusi untuk membuat ide pembuatan sarana informasi dan komunikasi tersebut melalui pembuatan situs resmi The Jakmania dan Persija Jakarta.
Selain itu masukan berupa saran dan pesan dari berbagai kalangan masyarakat Jakarta yang tinggal di Jakarta maupun di luar kota Jakarta sangat membantu dalam pendirian situs tersebut. Pada akhirnya Situs The Jakmania Online dengan web address http://www.jakmania.net, diluncurkan atau soft launching pada tanggal 7 Juni 2001. Seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya web address Jakmania Online mengalami perubahan. Sejak tahun 2002, alamat situs The Jakmania menjadi http://www.jakmania.org dan situs yang kedua yaitu www.thejakmania.net .

Senin, 16 Mei 2011

AREMA

Sejarah

Nama Arema pada masa Kerajaan

Nama Arema adalah legenda Malang. Adalah Kidung Harsawijaya yang pertama kali mencatat nama tersebut, yaitu kisah tentang Patih Kebo Arema di kala Singosari diperintah Raja Kertanegara. Prestasi Kebo Arema gilang gemilang. Ia mematahkan pemberontakan Kelana Bhayangkara seperti ditulis dalam Kidung Panji Wijayakrama hingga seluruh pemberontak hancur seperti daun dimakan ulat. Demikian pula pemberontakan Cayaraja seperti ditulis kitab Negarakretagama. Kebo Arema pula yang menjadi penyangga politik ekspansif Kertanegara. Bersama Mahisa Anengah, Kebo Arema menaklukkan Kerajaan Pamalayu yang berpusat di Jambi. Kemudian bisa menguasai Selat Malaka. Sejarah heroik Kebo Arema memang tenggelam. Buku-buku sejarah hanya mencatat Kertanegara sebagai raja terbesar Singosari, yang pusat pemerintahannya dekat Kota Malang.

Nama Arema di dekade '80-an

Sampai akhirnya pada dekade 1980-an muncul kembali nama Arema. Tidak tahu persis, apakah nama itu menapak tilas dari kebesaran Kebo Arema. Yang pasti, Arema merupakan penunjuk sebuah komunitas asal Malang. Arema adalah akronim dari Arek Malang. Arema kemudian menjelma menjadi semacam "subkultur" dengan identitas, simbol dan karakter bagi masyarakat Malang. Diyakini, Arek Malang membangun reputasi dan eksistensinya di antaranya melalui musik rock dan olahraga. Selain tinju, sepak bola adalah olahraga yang menjadi jalan bagi arek malang menunjukkan reputasinya. Sehingga kelahiran tim sepak bola Arema adalah sebuah keniscayaan.

Awal mula berdirinya PS Arema

(Arema Football Club/Persatuan Sepak Bola Arema nama resminya) lahir pada tanggal 11 Agustus 1987, dengan semangat mengembangkan persepak bolaan di Malang. Pada masa itu, tim asal Malang lainnya Persema Malang bagai sebuah magnet bagi arek Malang. Stadion Gajayana –home base klub pemerintah itu– selalu disesaki penonton. Dimana posisi Arema waktu itu? Yang pasti, klub itu belum mengejawantah sebagai sebuah komunitas sepak bola. Ia masih jadi sebuah “utopia”.
Adalah Acub Zaenal mantan Gubernur Irian Jaya ke-3 dan mantan pengurus PSSI periode 80-an yang kali pertama punya andil menelurkan pemikiran membentuk klub Galatama di kota Malang setelah sebelumnya membangun klub Perkesa 78. Jasa “Sang Jenderal” tidak terlepas dari peran Ovan Tobing, humas Persema saat itu. “Saya masih ingat, waktu itu Pak Acub Zainal saya undang ke Stadion Gajayana ketika Persema lawan Perseden Denpasar,” ujar Ovan. Melihat penonon membludak, Acub yang kala itu menjadi Administratur Galatama lantas mencetuskan keinginan mendirikan klub galatama. “You bikin saja (klub) Galatama di Malang,” kata Ovan menirukan ucapan Acub.
Beberapa hari setelah itu, Ir Lucky Acub Zaenal –putra Mayjen TNI (purn) Acub Zaenal– mendatangi Ovan di rumahnya, Jl. Gajahmada 15. Ia diantar Dice Dirgantara yang sebelumnya sudah kenal dengan dirinya. “Waktu itu Lucky masih suka tinju dan otomotif,” katanya. Dari pembicaraan itu, Ovan menegaskan kalau dirinya tidak punya dana untuk membentuk klub galatama. “Saya hanya punya pemain,” ujarnya. Maka dipertemukanlah Lucky dengan Dirk “Derek” Sutrisno (Alm), pendiri klub Armada ‘86.
Berkat hubungan baik antara Dirk dengan wartawan olahraga di Malang, khususnya sepakbola, maka SIWO PWI Malang mengadakan seminar sehari untuk melihat "sudah saatnyakah Kota Malang memiliki klub Galatama?" Drs. Heruyogi sebagai Ketua SIWO dan Drs. Bambang Bes (Sekretaris SIWO) menggelar seminar itu di Balai Wartawan Jl. Raya Langsep Kota Malang. Temanya "Klub Galatama dan Kota Malang", dengan nara sumber al; Bp. Acub Zainal (Administratur Galatama), dari Pengda PSSI Jatim, Komda PSSI Kota Malang, Dr. Ubud Salim, MA. Acara itu dibuka Bp Walikota Tom Uripan (Alm). Hasil atau rekomendasi yang didapatkan dari seminar: Kota Malang dinilai sudah layak memiliki sebuah klub Galatana yang professional.

Harus diakui, awal berdirinya Arema tidak lepas dari peran besar Derek dengan Armada 86-nya. Nama Arema awalnya adalah Aremada-gabungan dari Armada dan Arema. Namun nama itu tidak bisa langgeng. Beberapa bulan kemudian diganti menjadi Arema`86. Sayang, upaya Derek untuk mempertahankan klub Galatama Arema`86 banyak mengalami hambatan, bahkan tim yang diharapkan mampu berkiprah di kancah Galatama VIII itu mulai terseok-seok karena dihimpit kesulitan dana.
Dari sinilah, Acub Zaenal dan Lucky lantas mengambil alih dan berusaha menyelamatkan Arema`86 supaya tetap survive. Setelah diambil alih, nama Arema`86 akhirnya diubah menjadi Arema dan ditetapkan pula berdirinya Arema Galatama pada 11 Agustus 1987 sesuai dengan akte notaris Pramu Haryono SH–almarhum–No 58. “Penetapan tanggal 11 Agustus 1987 itu, seperti air mengalir begitu saja, tidak berdasar penetapan (pilihan) secara khusus,” ujar Ovan mengisahkan.
Hanya saja, kata Ovan, dari pendirian bulan Agustus itulah kemudian simbol Singo (Singa) muncul. "Agustus itu kan Leo atau Singo (sesuai dengan horoscop),"imbuh Ovan. Dari sinilah kemudian, Lucky dan, Ovan mulai mengotak-atik segala persiapan untuk mewujudkan obsesi berdirinya klub Galatama kebanggaan Malang.

Perjalanan Arema di Galatama

Skuad Arema ketika Juara Kompetisi Galatama XII 1992/93
Di awal keikut sertaan di Kompetisi Galatama Ovan Tobing dan Lucky Acub Zaenal mulai bekerja keras mengurus segala tetek-bengek mulai pemain, tempat penampungan (mess pemain), lapangan sampai kostum mulai diplaning.Bahkan,gerilya mencari pemain yang dilakukan Ovan satu bulan sebelum Arema resmi didirikan.Pemain-pemain seperti Maryanto (Persema), Jonathan (Satria Malang), Kusnadi Kamaludin (Armada), Mahdi Haris (Arseto), Jamrawi dan Yohanes Geohera (Mitra Surabaya), sampai kiper Dony Latuperisa yang kala itu tengah menjalani skorsing PSSI karena kasus suap, direkrut. Pelatih sekualitas Sinyo Aliandoe, juga bergabung.
Hanya saja, masih ada kendala yakni menyangkut mess pemain. Beruntung, Lanud Bandar Udara Abdul Rachman Saleh mau membantu dan menyediakan barak prajurit Paskhas TNI AU untuk tempat penampungan pemain. Selain barak, lapangan Pagas Abd Saleh, juga dijadikan tempat berlatih. Praktis Maryanto dkk ditampung di barak. “TNI-AU memberikan andil yang besar pada Arema,” papar Ovan.
Sempat ada kendala, yakni masalah dana –masalah utama yang kelak terus membelit Arema. “Kalau memang tidak ada alternatif lain, ya papimu Luk yang harus mendanai,” jelas Ovan saat mengantarnya ke Bandara Juanda. Sepulang dari Jakarta, Acub Zaenal sepakat menjadi penyandang dana.
Prestasi klub Arema bisa dibilang seperti pasang surut, walaupun tak pernah menghuni papan bawah klasemen, hampir setiap musim kompetisi Galatama Arema F.C. tak pernah konstan di jajaran papan atas klasemen, namun demikian pada tahun 1992 Arema berhasil menjadi juara Galatama. Dengan modal pemain-pemain handal seperti Aji Santoso, Mecky Tata, Singgih Pitono, Jamrawi dan eks pelatih PSSI M Basri, Arema mampu mewujudkan mimpi masyarakat kota Malang menjadi juara kompetisi elit di Indonesia.

Perjalanan Arema di Ligina

Sejak mengikuti Liga Indonesia, Arema F.C. tercatat sudah 7 kali masuk putaran kedua. Sekali ke babak 12 besar (1996/97) dan enam kali masuk 8 besar( 1999/00, 2001, 2002, 2005, 2006,& 2007). Walaupun berprestasi lumayan, tapi Arema tidak pernah lepas dari masalah dana. Hampir setiap musim kompetisi masalah dana ini selalu menghantui sehingga tak heran hampir setiap musim manajemen klub selalu berganti. Pada tahun 2003, Arema mengalami kesulitan keuangan parah yang berpengaruh pada prestasi tim. Hal tersebut yang kemudian membuat Arema FC diakuisisi kepemilikannya oleh PT Bentoel Internasional Tbk pada pertengahan musim kompetisi 2003 meskipun pada akhirnya Arema terdegradasi ke Divisi I. Sejak kepemilikan Arema dipegang oleh PT Bentoel Internasional Tbk, prestasi Arema semakin meningkat; 2004 juara Divisi I, 2005, dan 2006 juara Copa Indonesia, 2007 juara Piala Soeratin LRN U-18. Pada tahun 2006 dan 2007 Arema dan Benny Dollo mendapatkan penghargaan dari Tabloid Bola sebagai tim terbaik dan Pelatih terbaik.

Perjalanan Arema di ISL

Monumen Singa Bola dari warga yang didedikasikan untuk Arema
Kompetisi Liga Super Indonesia ke-1 2008-2009 Arema berada di urutan ke-10. Dua bulan Setelah kompetisi usai tepatnya 3 Agustus 2009 di Hotel Santika Malang pemilik klub Arema, PT Bentoel Investama, Tbk melepas Arema ke kumpulan orang-orang peduli terhadap Arema (konsorsium).[4] Pelepasan Arema ini adalah dampak dari penjualan saham mayoritas PT Bentoel Investama, Tbk. ke British American Tobacco. Sebelumnya ada wacana untuk menggabungkan Arema dengan Persema Malang menjadi satu, namun ditolak oleh Aremania. Arema pada musim kompetisi 2009-10 yang ditukangi oleh Robert Rene Alberts meraih gelar Juara Liga Super Indonesia dan Runner-up Piala Indonesia.

Rabu, 11 Mei 2011

Dimas

Selasa, 10 Mei 2011

Profil personil grup band St 12

Nama lengkap: Moch.Charly van houten
Tanggal lahir : Pria Lahir 5 November 1981
Kebiasaan: Ia tak pernah luput dari Gitar.Charly selalu membawa Gitar nya kemana pun,ntah ketika tidur,hang out,sarapan,bahkan mau masuk kamar mandi.Untuk sarapan Pagi Charly selalu memakan Roti,agar stamina saat bernyanyi diatas Panggung.........


Kalau Libur,Charly selalu menghabiskan waktu bersama pacarnya dipegunungan/lesehan.menurut Charly,ia bisa sukses berkat kedua Orang Tuanya Soegendri & Toethe Hartika.Tanpa dukungan ke2 Ortu mungkin bisa tak seperti Cekarang.Ada satu Hobi Charly yang Unik.Rupanya Lulusan Fakultas Seni Musik Universitas Pasundan ini sering mengisengi para personel ST12.
Saat temannya sedang Bermain Ps Charly suka mencabut stop kontak Tv/mematikan Tv,sampai temannya pada jengkel.Charly juga sering mengambil makanan buatan Pepep.Akibatnya para temanya hanya bisa mengigit jari karena makanan yang dihidangkan sudah habis dilahap Charly.
Usaha : Pria ni mempunyai usaha Conter Hp.

Charly, Dari Jalanan Ke Atas Panggung

Wajar aja kalau keluarganya nggak ngelarang waktu Charly memutuskan buat merantau ke Bandung untuk jadi musisi. Selain karena dianggap punya bakat yang memadai, Charly juga datang dari keluarga dengan darah musik yang kental.

Neneknya yang tinggal di Cirebon adalah sinden wayang yang cukup terkenal di daerahnya dan masih aktif sampai saat ini. Sedangkan uwaknya adalah seorang pemusik dangdut, yang pertama kali mengenalkannya pada dunia musik.

Cowok bernama asli Muhammad Charly Van Houtten ini awalnya tertarik untuk jadi gitaris, gara-gara uwaknya yang musisi itu pernah memberinya hadiah berupa gitar. Gitar kesayangannya itu lalu dia bawa kemana-mana sebagai instrumen membuat lagu. Nggak disangka-sangka, ternyata banyak orang yang bilang suara Charly cukup merdu untuk jadi seorang vokalis. Akhirnya sejak tahun 1998, saat mulai manggung dari kafe ke kafe bareng teman-temannya, Charly dipercaya untuk memegang posisi vokal.

Buat cowok kelahiran Cirebon, 5 November 1982 ini, musik bukan cuma sekedar hobi, tapi juga tujuan hidup. Ini yang jadi alasan utamanya hijrah ke Bandung dari Cirebon di tahun 2000, yaitu untuk mengambil kuliah jurusan seni musik di Universitas Pasundan Bandung.

Selama di Bandung, Charly mengaku nggak pernah punya tempat tingggal. Biasanya dia menginap di rumah teman atau di studio musik tempatnya latihan. Sedangkan untuk membeli makan, dia terpaksa mengamen di perempatan jalan Dago.

Untungnya perjuangan ini nggak sia-sia, karena pengagum Al Jarreau dan Armand Maulana ini berhasil menelurkan satu album bareng sebuah band bernama Afterclose, sebelum akhirnya ditarik bergabung oleh ST12.

Perannya di ST12 cukup penting, karena hampir semua lirik lagu band ini adalah ciptaan Charly. Bahkan, cowok yang menulis lagu sejak kelas 1 SMP ini sekarang mulai mencoba-coba membuat lagu untuk dinyanyikan artis lain. Pingkan Mambo dan Aris Idol adalah beberapa di antaranya.

Mengenai Aris, Charly punya alasan sendiri untuk kagum pada salah satu peserta Indonesian Idol itu.

"Waktu itu di salah satu episode Idol, Aris sempat bawain lagu ST12 yang judulnya Rasa Yang Tertinggal. Jujur aja aku sempat nangis liatnya, dia bawain lagu itu dengan bagus banget. Dan ternyata latar belakang Aris juga nggak jauh sama aku, dia dulunya pengamen juga. Jadi aku salut lah sama dia, mudah-mudahan aja dia nggak patah semangat," kata Charly.



 PEPEP {DRUMS}
 
 

Nama lengkap
: Ilham Febry.
Tanggal lahir : Pria kelahiran 9 Februari 1982 Bandung
Kebiasaaan : berhobi Memasak.Pepep juga mempunyai usaha Studio Rekaman,Latihan,Rental Soundsystem.Selain Hobi Memasak juga hobi memelihara berbagai jenis burung & anjing.menurut Pepep memelihara Hewan dapat menghilangkan STRES.Setiap Bangun Pagi Putra Darmi & Helmy menyempatkan membaca koran.Lulusan S1 Ekonomi Unpar ini suka mebaca buku rohani milik Drs Dyayadi berjudul MENGAPA SAYA MASUK ISLAM.Ada 1kebiasaan Unik Pepep kala menjelang sore,yaitu.....

suka memasak di dapur,Mengapa?ternyata Pepep mempunyai keahlian Memasak.Setelah matang Mimi{pacar Pepep}lah yang menjadi orang pertama mencicipi masakan Pepep.Sebelum Tidur Pepep selalu memutar lagu-lagu Band & Penyanyi luar Negeri seperti Deep Purple,Coldplay,BonJovi,Muse & Toto.Selama waktu Liburan Pepep suka Menyempatkan Renang & Trade Mil merupakan olahraga kesenangan Pepep.

Usaha; pria ini juga mempunyai usaha Studio Rekaman,Latihan,Rental Soundsystem.


Pepep, Si Murid Abadi

Berawal dari les piano yang diikutinya sejak kelas 2 SD, cowok bernama asli Ilham Febri ini mulai ketagihan mempelajari hal lain. Dia sempat mencoba bidang tarik suara dan jadi anggota Bina Vokalia selama satu tahun, sampai akhirnya tertarik pada perkusi. Inilah yang akhirnya membuat Pepep memutuskan untuk jadi drummer hingga saat ini.

Menurut cowok kelahiran Jember, 9 Ferbruari 1982 ini, bermain drum adalah sebuah tantangan, karena alat musik ini nggak punya notasi.

"Tapi dia penting banget dalam struktur sebuah lagu, karena dari drum-lah beat-beat itu dihasilkan," kata Pepep.

Fasih megang berbagai alat musik membuat pengguna setia drum DW Collectar dan Tama Star Classic ini jadi hobi mengaransemen lagu.

"Kira-kira sejak SMP lah, kalo lagi nganggur pasti kerjaannya ngulik-ngulik lagu. Bikin melodinya dulu pake keyboard atau gitar, terus masukin bassnya, baru masukin beat-nya," sambung Pepep.

Orang yang punya andil besar dalam memperkenalkan Pepep dengan dunia musik adalah ayahnya, (alm.) Helmy Azis. Sang ayah yang bekerja di PJKA ini sehari-harinya memang hobi nyanyi dan main gitar. Bahkan, beliau juga lah yang mengusulkan nama ST12 sebagai nama band Pepep dkk.

Tapi Pepep ternyata bukan cuma ketagihan sekolah musik. Setelah lulus dari jurusan Akuntansi di Universitas Parahyangan Bandung, anak ke-4 dari 4 bersaudara ini langsung mendaftarkan diri di sebuah sekolah enterpreneur. Tahun berikutnya, dia mengambil jurusan Public Speaking selama satu tahun, dilanjutkan dengan sekolah Sound Engineering untuk membantu bisnis studionya di Bandung.

Hebatnya, kegiatannya manggung dari kafe ke kafe semasa kuliah sama sekali nggak mengganggu studinya. Semua sekolah yang dia masuki berhasil diselesaikan dengan baik, dan di waktu yang bersamaan prestasinya di bidang musik juga mulai menuai sukses. Sebelum membentuk ST12, cowok yang mengidolakan Stewart Capeland ini sempat merilis satu album dengan band lamanya, Oliv.

Pepeng memang sadar bahwa dia nggak bisa selamanya menggantungkan hidup cuma dari musik. Makanya dia buka usaha studio rekaman, studio latihan, rental instrumen dan sound, serta Event Organizer, di rumahnya di Bandung. Alumni SMA BPI Bandung ini juga sempat mengajar di sebuah sekolah musik, tapi terpaksa distop karena jadwalnya di ST12 udah semakin padat.

Yang jelas, di sela-sela kesibukannya bareng ST12 dan mengurus bisnisnya yang seabreg itu, Pepep mengaku nggak pernah berhenti cari ilmu. Nggak harus dari sekolah, karena bisa juga dari pengalaman. 


PEPENG { GITARIS }


Nama lengkap : Dedy Sudrajad.
Tanggal lahir : Pria lahir 9 Mei 1978 Bandung
Kebiasaaan : bercita cita menjadi Pemain Sepak Bola.Orang tua Solihin & {alm}Oningsih juga menginginkan Pepeng menjadi Pemain Sepak Bola.Setiap......



Pagi Pepeng tidak lupa membaca koran/tabloid Bola.Dan tidak lupa juga menyempatkan diri untuk bermain Ps Winning Eleven.Setiap hari libur supaya Pepeng kondisi nya bugar sering bermain Futsal,billiar & Bulu Tangkis.Gagal menjadi Atlet namun profisi menjadi Musisi cukup menyenangkan.
Pepeng sering mengisi Waktu luang senang berjalan-jalan ke moll sambil mencari sepatu baru.Malam nya ai menonton film terbaru di Bioskop.BIP21 Bandung.Pepeng juga tak pernah meninggalkan sholat 5 waktu.
Usaha : Pria ini mempunyai usaha kos-kosan.

Pepeng, Bekas Gitaris Band Gagal

Bukan baru kemarin sore Pepeng terjun ke dunia musik. Udah belasan tahun cowok bernama lengkap Dedy Sudrajat ini manggung dari kafe ke kafe. Dan bukan cuma bareng satu band, tapi banyak. Mungkin karena ngerasa belum terlalu sreg, anak ke 11 dari 11 bersaudara ini beberapa kali gonta ganti band sejak SMP. Tapi seperti diakuinya "kebanyakan sih band-band proyek gagal. Hehehe."

Selepas SMA, Pepeng membentuk sebuah band bareng Pepep (drummer ST12). Band yang punya nama Oliv ini sempat merilis satu album di tahun 1996, tapi setelah itu nggak ada kabarnya lagi. Pepeng dan Pepep pun akhirnya berpisah dan membentuk band masing-masing, sebelum akhirnya Pepep membentuk ST12 dan mengajak Pepeng untuk gabung.

Bermula dari pertemanan di bangku SMP dengan seorang teman yang jago main gitar, cowok kelahiran Bandung, 9 Mei 1978 ini jadi tertarik ikut belajar main gitar. Setelah sempat otodidak dengan memborong beberapa buku chord gitar, akhirnya orang tuanya mendaftarkan Pepeng ke sebuah kursus privat gitar.

Merasa udah cukup jago, pemakai Fender Stratocaster ini pun rajin mengikuti berbagai fertival band di Bandung. Dan ternyata hasilnya nggak malu-maluin, dia sempat menyabet penghargaan sebagai Best Guitarist di sebuah festival band SMA.

Kamis, 05 Mei 2011

St 12 Band

ST 12 adalah grup band Indonesia yang didirikan di Bandung, Jawa Barat pada tahun 2004. Grup ini didirikan oleh Ilham Febry alias Pepep (drum), Dedy Sudrajat alias Pepeng (gitar), Muhammad Charly van Houten alias Charly (vokalis), dan Iman Rush (gitaris). Nama ST 12 sendiri merupakan kependekan dari Jl. Stasiun Timur No. 12 yang merupakan markas berkumpulnya band ini. Sampai saat ini ST 12 telah menghasilkan 5 album musik.
Secara resmi ST 12 berdiri pada tanggal 20 Januari 2004, meski anggotanya telah lama berkecimpung di dunia musik. Sebelumnya, keempat personel ini tak saling kenal. Mereka sering bertemu di studio rental di Jalan Stasiun Timur 12, Bandung, milik Pepep. Nama ST 12 yang merupakan kependekan dari Jl. Stasiun Timur No. 12 adalah nama pemberian ayah Pepep, Helmi Aziz. Mereka juga berkompromi dengan mengambil aliran Melayu, Pop,Country, Akoustik dan Jazz, walau Charly menggemari jazz, Pepep suka jazz dan rock, sementara Pepeng tumbuh bersama musik rock. Sulitnya mendapat label rekaman yang mau menerima mereka, ST 12 akhirnya menempuh jalur indie (independent). Album perdana, Jalan Terbaik pun dirilis. Sayang, saat tur promosi album tersebut di Semarang, Iman Rush meninggal akibat pecah pembuluh darah di otak pada bulan Oktober 2005.[1]
Kesuksesan album perdana ST12 membuat mereka dilirik Trinity Optima Production. ST12 pun merilis album kedua P.U.S.P.A (2008) yang didedikasikan untuk Iman.[2]
Band ini juga memengaruhi penyanyi cilik asal Amerika Serikat, Billy Gilman.