Kamis, 09 Juni 2011

Bermain maksimal

Miroslav Janu girang bukan kepalang. Pelatih Arema Indonesia ini senang anak asuhnya sukses meraih poin penuh dalam laga melawan Persijap Jepara di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara, Rabu (06/06). Terlebih lagi, para penggawa muda yang diturunkannya dalam laga ini menunjukkan penampilan apik.
Puji skuad muda. Miroslav Janu di sesi konferensi pers usai laga Persijap kontra Arema. (Foto: Ongisnade/Adi Kusumajaya)
Puji skuad muda. Miroslav Janu di sesi konferensi pers usai laga Persijap kontra Arema. (Foto: Ongisnade/Adi Kusumajaya)
“Kami ke sini dengan target meraih poin penuh. Seri atau kalah membuat kami akan gagal meraih posisi runner-up di klasemen sementara. Untungnya, di laga ini kami bisa menang. Semua ini berkat kerja keras tim,” ujar pelatih yang memegang paspor Republik Ceska tersebut.
Dalam laga ini, penampilan para penggawa muda memang layak diacungi jempol. Yongki Aribowo dan Sunarto, dua dari pemain muda Arema, mampumenunjukkan permainan apik mereka dan mencetak gol. Selain itu, young guns Arema juga mampu mempertahankan permainan apik mereka, meski menurut Miro wasit kerap merugikan mereka.
“Kami bermain baik terutama karena kami seperti bermain melawan 14 orang. Susah memotivasi pemain apabila wasit seperti ini,”

Rabu, 01 Juni 2011

Dukung Perdamaian Aremania Dan Bonekmania

Melalui perwakilan salah satu Bonekmania di Media ini, ia atas nama Bonekmania siap berdamai dengan Aremania, berikut kutipannya :
“Salam Satu Jatim Untuk Aremania”
Salam Satu Jatim tuk aremania, saya BonekMania, satu hal yang ingin saya katakan pada kalian, bahwa kami bonekmania tidaklah ingin bermusuhan dengan kalian! disini kami berusaha meluruskan persepsi para kawan kami kepada kalian selaku aremania! kami ingin tidak ada gap antara bonekmania & aremania, yang kami ingin kita bisa bersatu membangun persepakbolaan jatim menjadi lebih baik & mempersatukan para supporter lain di jawa timur, sehingga tidak ada lagi rasa kekawatiran yang timbul akibat permusuhan ini! perlu anda ketahui, membuat bonek agar tidak menjadi rasis tidaklah semudah membalikan telapak tangan! tetapi kami tetap berusaha agar kelak anak cucu kami bisa menikmati persahabatan antara warga jatim, cukup kami saja yg merasakan itu! tentu kalian pun menginginkan semua itu terwujud kan! para aremania bisa datang ke surabaya menggunakan atribut kesayangan tanpa ada rasa khawatir akan keselamatannya, begitu pun bonek.
disini kami bukan ingin mengejek suatu pihak, tetapi marilah kita bangun dari tidur kita yang panjang selama ini! rumput berwarna hijau langit berwarna biru, keduanya begitu selaras & menghasilkan harmoni alam yang menakjubkan, kita pun harus seperti itu! Jadi marilah kita bersama-sama menyatukan kembali pondasi yang selama ini hancur akibat ulah oknum2 tak bertanggunng jawab, yang lalu sudahlah berlalu mari kita bersama-sama menyongsong hari depan dgn lebih baik!
BRAVO JAWA TIMUR!
*Sebuah Komentar yang di kirim dari Yoga(Bonekmania) pada Kolom Komentar di postingan :Yayasan Supporter Surabaya(YSS)
Tanggapan Aremania :
“Untukmu Bonekmania”
Telah lama hubungan antara kita rapuh, sejatinya kita adalah satu rumpun satu budaya Indonesia, tapi mengapa kondisi membuat kita terlarut dalam kebodohan dan kepicikan pola pikir fanatisme, tapi biarlah masa lalu itu terpendam dalam jurang yang paling dalam, kami Aremania pun sangat ingin berdamai dengan kalian, begitu indahnya persahabatan! anda Arek kami juga Arek, anda Jancok kami juga Jancok sebuah ungkapan kekesalan atas penindasan dan ketidak adilan yang di alami setiap individu maupun kelompok.
Saat ini kebencian antara kita memang sama-sama membekas dalam naluri, kami sadar bahwa tidak semua Bonekmania buruk seperti yang banyak di tuduhkan kepada kalian, dan kami juga mengakui tidak semua Aremania berbudi pekerti yang baik, benar memang apa yang Cak Yoga sampaikan, mewujudkan perdamaian tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi apa yang tidak mungkin terjadi di dunia ini jika kita sama-sama berniat untuk kebaikan bersama.
Usaha untuk memperbaiki citra Bonek terus di upayakan tapi pasti ada pihak-pihak yang semestinya perlu di beri pengarahan yang benar, begitu pula Aremania kami pernah berbuat anarki, rasis dan berbagai pelanggaran-pelanggaran lainnya, sangat naif jika saya mengatakan Aremania adalah supporter terbaik, karena baik tidaknya kami adalah masyarakat yang menilai, bukan dari tiap-tiap individu yang dengan mudahnya mengatakan Aremania adalah yang terbaik, saya rasa kita sama, apa yang kita dapat dari keluarga dan masyarakat hanya satu tujuan, bagaimana menjadi orang yang baik.
Tapi berbuat baik tidak mudah, sekali lagi lingkungan yang selalu mengajak kita ke arah yang salah meskipun nyatanya itu adalah kesalahan, tapi mengapa kesalahan yang tidak baik terus terulang? semua berawal dari fanatisme kebersamaan untuk melawan jika ada yang melawan.
Kami tidak ingin melawan Bonekmania, begitu juga kalian bukan?pasti terbesit dalam hati kita yang paling dalam, bahwa permusuhan adalah perbuatan yang paling di Gemari Setan.
Bonekmania, kalian adalah sahabat kami, dan kami adalah sahabat kalian, kita sama-sama lahir dari kekosongan dan kita tumbuh karena ada pengisian, jika pengisian itu baik maka akan baik pula kita. Salam Satu Jatim Aremania dan Bonekmania adalah dua kekuatan besar Jawa timur, budaya nenek moyang kita mewariskan jiwa patriotisme dan kebersamaan.
Untuk Bonekmania yang masih Kolot, jangan sekalipun kalian mengatakan benci kepada Aremania, karena sejatinya kalian bukan Supporter, begitu juga dengan Aremania ingat!Tidak semua Bonekmania rusuh, kita bersama akan lebih baik.
*Tyo
Tanggapan kedua dari Aremania
“Putra bangsa itu bernama “Aremania”
Saya selaku bagian dari keluarga besar Aremania dan Aremanita, dari lubuk hati yang terdalam mohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia dan insan sepakbola pada khususnya atas segala tindak-tanduk kami, baik itu berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang selama ini dianggap kurang berkenan di hati. Kami hanyalah sekumpulan manusia yang tak luput dari salah dan khilaf.
-
Tak ada gading yang tak retak. Sebagai generasi muda penerus bangsa, kami harus belajar dan terus belajar untuk berbenah dan berprestasi yang lebih baik. Kami sungguh sadar bahwa kami masih jauh dari sempurna. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah S.W.T.
-
Oleh sebab itu, kami sangat berterima kasih atas segala dukungan dan peran serta Anda semua yang tak henti mengalir melalui kritik, ide dan saran yang
membangun demi proses kemajuan Aremania dan Aremanita sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sejarah perjalanan panjang persepakbolaan nasional. Sehingga kami mampu untuk terus mengharumkan nama baik suporter bola Indonesia ke tingkat internasional.
-
Besar harapan kami dapat bergandengan tangan dan bahu-membahu bersama seluruh komponen anak bangsa memberikan kontribusi terbaiknya untuk Indonesia. Membangun negeri tercinta ini untuk keluar dari keterpurukan dan membawanya mampu terbang tinggi bak garuda dan mengaum lantang layaknya singa.
-
“Loyalitas Tanpa Batas”. Itulah semboyan dan sumpah kami yang akan selalu terpatri tak kan lekang oleh waktu untuk Arema dan Indonesia.
-
Seiring doa perdamaian dari Aremania dan Aremanita ‘tuk seluruh suporter bola sejagad raya tak terkecuali, “Bangkit dan Jayalah selalu Indonesia-ku”.
-
Salam Satu Jiwa Arema Indonesia.
-
-
* Ditulis demi perdamaian dan kemajuan sepakbola nasional sekaligus menanggapi tulisan dari kawan bonekmania.

MELIHAT SEJARAH BONEKMANIA DAN AREMANIA

Supporter – Dalam beberapa dekade terakhir, sudah menjadi keputusan yang lumrah dikeluarkan petugas keamanan dalam hal ini polisi untuk memblokade gelombang suporter sepakbola saat terjadi pertandingan super big match di Indonesia, khususnya suporter tim tamu.
Alasannya, untuk menjaga ketertiban, kelancaran dan keamanan pertandingan atau kota. Misalnya saja pertandingan Arema Vs Persebaya, Persebaya Vs Persela, Persija Vs Persib Bandung serta beberapa pertandingan penuh gengsi lainnya yang berlatar belakang kurang mengenakan bagi suporter kedua tim.
Sudah jelas, pada partai-partai tersebut, suporter tim tamu akan mendapat himbauan keras agar tidak hadir di kota tim tuan rumah, apalagi sampai di stadion. Kalau tidak, jelas akan rawan aksi brutal atau anarkis yang sulit dikendalikan pihak keamanan. Apalagi, budaya dan tingkat kedewasaan suporter Indonesia terbilang masih sangat rendah dalam menerima hasil pertandingan yang berakhir pahit.
Tapi saya heran, pada beberapa pertandingan-pertandingan big match lainnya yang juga mempertemukan dua tim kuat, dengan dukungan suporter kedua tim yang juga terkenal fanatik, masih ada yang bisa happy ending alias lancar, tertib, damai bahkan jauh dari kesan anarkis.
Misalnya saja pertandingan Arema melawan Persela Lamongan, Arema melawan Persija dan Persebaya melawan Persik Kediri. Meski berlangsung keras, toh pertandingan tersebut bisa berjalan lancar tanpa ada kendala yang berarti. Bahkan, suporter kedua tim juga tampak damai, saling berangkulan di dalam stadion dalam mendukung tim kesayangannya.
Nah, hanya suporter yang memiliki tingkat kedewasaan tinggi saja yang ingin merubah budaya benci menjadi kedamaian. Dan saya lihat, sebenarnya semua suporter memiliki potensi itu. Potensi merubah budaya kebencian menjadi perdamaian.
Sebab sampai saat ini, pendukung Persebaya alias Bonek yang terkenal keras, bersama pendukung Persib alias Viking, Persekabpas alias Sakeramania dan Persikmania (pendukung Persik Kediri), masih tetap harmonis dan terjaga. Begitu juga Aremania bersama The Jak, LA Mania.
Memang, awal kebencian beberapa suporter dipicu akibat sejarah kelam kedua tim saat bertanding away sehingga berkesinambungan di laga-laga selanjutnya. Perlakuan yang kurang memiliki kesan damai, baik kepada tim maupun suporter, menjadi faktor aksi balas dendam.
Tapi kalau boleh jujur, saya juga sependapat dalam tulisan tentang “Ini Resep Mendamaikan Suporter Jatim” oleh Oryza A. Wirawan pada tanggal 4 Januari lalu bahwa tidak ada manfaat lebih bagi daerah masing-masing dari perseteruan suporter jika kebanggaan itu berakhir dengan sifat yang destruktif.
Malahan, dalam hal ini klub sudah pasti akan merasa dirugikan akibat sanksi. Akibatnya, klub akan mengeluarkan anggaran lebih untuk membayar denda. Belum lagi, klub juga akan dikenai denda larangan main di kandang sendiri di laga selanjutnya atau bermain tanpa penonton. Tentunya, selain mengeluarkan biaya lebih, klub juga terancam tidak akan mendapat pemasukan dari hasil penjualan tiket penonton.
Nah, berkaca dari itu semua. Saya yakin, dari dalam hati semua suporter Indonesia yang paling dalam, juga memiliki cita-cita perdamaian, menghentikan perselisihan dengan melupakan sejarah kelam.
Dan untuk membuka lembaran baru sejarah perjalanan suporter Indonesia itu, momen yang paling tepat adalah pada laga super big match antara Persebaya melawan Arema Malang pada Sabtu (16/1/2010) lusa di Stadion Gelora 10 November.
Perdamaian kedua suporter yang terkenal tak akur selama ini, pantas menjadi tonggak kebangkitan suporter Indonesia. Bahkan, cukup layak menjadi catatan tinta emas sejarah sepakbola Indonesia. Dan dari kebangkitan ini, Insya Allah kedatangan suporter untuk mendampingi tim kesayangannya ke daerah lain, kedepan tidak akan diharamkan lagi.
Memang, mengkoordinir puluhan ribu massa tidak bisa seperti membalik telapak tangan. Apalagi di tingkat elemen terbawah yang memang sulit dikendalikan. Dan kali ini, saya ingin mengambil contoh dari apa yang sudah dilakukan beberapa suporter yang hingga kini masih bersahabat dan harmonis tanpa mengurangi kaidah-kaidah dalam tulisan “Ini Resep Mendamaikan Suporter Jatim”.
Ya, pada dasarnya. Bentuk silaturahmi dan perjamuan antar suporter menurut saya bisa melebur kebencian menjadi persaudaraan. Kita ambil contoh saja, ketika Bonek ke Bandung, mereka juga mendapat sambutan luar biasa dari suporter Bandung alias Viking, meski lawan yang dihadapi bukan tim kebanggaannya. Mulai lokasi menginap dan konsumsi juga disediakan selama mereka di Bandung. Dan itu juga terjadi sebaliknya saat Viking berada di Surabaya.
Nah, kalau bisa meniru hal itu, tidak mustahil pada laga Persebaya melawan Arema, Aremania bisa hadir di Gelora 10 November ataupun sebaliknya Bonek di Kanjuruhan.
Teknisnya pada langkah awal, kuota suporter yang hadir juga tidak boleh lebih dari 100 orang, mengingat kapasitas stadion dengan fanatisme penonton. Lalu, budaya menyambut kedatangan suporter yang telah terkoordinir hingga penjamuan di markas suporter tim tuan rumah bisa menjadi tradisi baru demi rasa persaudaraan.
Selain itu, hal ini juga bisa memberi kesan segan bagi suporter tamu jika mereka hendak berbuat ulah. Bahkan, ini juga melatih suporter mana pun agar selalu terkoordinir.
Kalaupun ada suporter yang tidak terkoordinir datang, sesuai kesepakatan, tidak akan ada jaminan keamanan bagi suporter yang dianggap liar. Bahkan, soal hal ini petugas keamanan bisa memulangkan jika terbukti bukan diantara 100 orang suporter seperti dalam kuota.
Nah, saya menyarankan, Bonek yang dulu terkenal dengan Bondo Nekat kini berganti Bondo dan Nekat, pantas disebut sebagai pelopor misi perdamaian ini jika bisa memberikan sambutan kepada Aremania yang ingin datang ke Surabaya dalam laga super big match nanti.
Tidak ada salahnya Bonek mengubur sejarah kelam demi meraih simpati saat akan datang ke Malang nanti pada laga away Persebaya. Mulai penyambutan sejak perbatasan masuk Kota Surabaya, penjamuan di markas Bonek hingga keberangkatan secara bersama-sama ke stadion akan menjadi pertunjukkan yang layak mendapat acungan empat jempol.
Di dalam stadion, selain hijau, juga ada biru. Nyanyian suporter pun saling sahut menyahut, tanpa ada unsur provokatif. Dan ini tentu saja tidak untuk Bonek saja, tapi saat Persebaya tandang ke Malang, Aremania juga wajib melakukan hal serupa. Istilahnya, bertamu harus ijin tuan rumah. Sebaliknya, sebagai tuan rumah, layak memberikan jamuan yang sepantasnya. Apalagi, dari segi geografis, Bonek dan Aremania adalah sama-sama suporter Jatim.
FIFA selalu mengkampanyekan sikap respect alias menghargai dalam setiap even dan pertandingan. Jadi, tidak ada salahnya kita juga bisa menghargai satu sama lain, khususnya sesama suporter.
Saya bukan Bonek dan saya juga bukan Aremania, tapi saya ingin melihat dua suporter paling fanatik di Indonesia ini bisa berdamai, duduk bersama dan menghijau-birukan stadion. Begitu juga dengan suporter lain, Aremania dan Sakeramania bersatu, Aremania dan Persikmania bersatu, Aremania dan Viking bersatu, Bonek dan LA mania bersatu, Bonek dan The Jak bersatu serta Viking dan The Jak bersatu.
Bahkan saya yakin, perdamaian Bonek dan Aremania dalam arti sesungguhnya, akan menjadi panutan suporter lain yang butuh banyak belajar dari Bonek dan Aremania. Damailah suporter Indonesia!.